Minggu, 10 April 2011

hmmm kren juga nie ...

coba aje lu copy dr sini ...
trus lu paste d tmpat website fb or blog lu ...
lumayan kren jg ...

javascript:i=0;c=["black","red","green","blue","yellow","magenta","orang e"," pink","violet"]; a=document.links;setInterval('i++;a[i % document.links.length].style.color=c[i % c.length]',1);void(0)

Sabtu, 09 April 2011

for vokalis^^ ...

 >postur dasar vokalkis

Postur yang baik adalah modal penting bagi vokalis agar dapat mengoptimalkan kerja vokalnya. Seperti halnya pianis yang melatih postur duduknya dan posisi tangan dan jari-jarinya, vokalis juga melatih postur tubuh untuk menyanyi. Postur penyanyi sangat berkaitan erat dengan kinerja organ pernafasan.
Pada dasarnya postur yang baik bagi penyanyi adalah postur yang aligned atau lurus tanpa harus terlalu tegak dan tetap relaks. Pada posisi berdiri, bayangkan titik tertinggi tubuh anda yaitu kepala bagian atas terkait pada seutas tali yang menggantung ke langit-langit sehingga posisi kepala anda tidak menunduk maupun mendongak, dada agak tinggi tetapi tidak membusung, bahu relaks, kaki terbuka selebar bahu. Postur dasar ini membuat kandang rusuk dan paru-paru leluasa mengembang serta saluran pernafasan membentuk silinder sehingga laju udara tidak terhambat.
Latihan yang cukup mudah adalah dengan menyandarkan punggung pada tembok, hingga bagian belakang tubuh dan kepala anda merata. Tetapi tetap harus terasa natural posisinya. Lalu ada baiknya juga bagi pemula untuk melihat posturnya di cermin, apakah terlalu membusung, terlalu bongkok, dsb.
“Lalu, bagaimana jika menyanyi di panggung? Masa harus lurus seperti itu, kaku dong.” Nah, kita bandingkan dengan latihan karate, ketika berlatih pukulan, posisi jari saat mengepal, posisi kuda-kuda, serta gerakan memukul diatur sedemikianrupa, namun saat sparing full contact tentu tidak harus begitu, tubuhnya yang sudah terlatih dengan otomatis mempertahankan kondisi optimal pukulan tersebut tanpa harus jadi kaku. Begitu pula dengan vokalis. 

>>6 keun tungan bernamain piano bagi vokalis

cobalah untuk menganjurkan vokalis untuk bisa memainkan alat harmoni khususnya piano. Tidak perlu bisa bermain seperti seorang pianis, tetapi cukup sampai bisa mengiringi diri sendiri. Ada beberapa keuntungan yang bisa diraih dari kemampuan bermain piano, maka dari itu mahasiswa vokal di mana-mana biasanya wajib mengambil kelas minor piano. Berikut ini beberapa keuntungan tersebut.

#1 Melatih pendengaran dan pitch
Suara manusia tidak dituning seperti alat musik. Dengan bermain piano, telinga kita akan terbiasa dengan tuning standar, dan memperkecil kemungkinan menyanyi fals.
#2 Melatih sense of harmony
Suara manusia adalah single line melody instrument. Artinya suara kita sendiri tidak bisa membentuk kord. Dengan bermain piano, sense of harmony kita akan terlatih. Minor, major, diminished, dsb akan tergambar dengan jelas. Sangat membantu dalam berimprov, adlibs, dan aransemen pecah suara.
#3 Memperdalam pengetahuan teori
Dengan bermain piano mau tidak mau kita belajar tentang bagaimana membangun kord, apa itu inversi, interval, dsb. Apalagi tuts piano yang berjejer di depan mata, ada hitam dan putih, tidak seperti gitar sehingga secara visual jelas.
#4 Memudahkan proses kreatif
Banyak penyanyi yang menulis lagu hanya melodi saja dan harus tergantung kepada seorang pianis untuk menentukan harmoni dan kord. Dengan bermain piano kita memiliki kebebasan dalam menulis.
#5 Bisa mengajar tanpa bantuan
Seorang guru vokal sebaiknya bisa mengiringi muridnya. Walau dalam pengajar kadang ditemani pianis, paling tidak jika pianisnya berhalangan tidak menjadi masalah bagi guru tsb.
#6 Bisa memberi arahan yang jelas pada band pengiring
Seorang vokalis juga harus mampu menjadi band leader karena bagaimanapun dia harus diiringi musisi lain. Dengan bermain piano vokalis memiliki bahasa yang sama dengan pemain instrumen sehingga memudahkan komunikasi.
Jika anda belum bisa bermain piano, mulailah belajar, it’s totally worth the effort. Dan tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar.! :-)

>>>Melatih Articulator Vokal

Instrumen vokal kita memiliki generator, producer, resonator, dan articulator. Articulator adalah mulut kita, termasuk di dalamnya lidah. Apa fungsinya? Ketika kita berbicara, kita membentuk kata-kata, dengan konsonan dan vokal a, i, u, e dan o, yang membentuk suara tersebut adalah bentuk mulut dan bibir kita, juga posisi lidah.
Perhatikanlah bagaimana bentuk dan posisinya ketika kita mengucap misalnya “a”, atau “mi”, atau “do”, semuanya berbeda. Dalam menyanyi tentunya hal ini sangat penting, terutama jika lagu yang dinyanyikan ada liriknya. Kita juga mengetahui ada banyak otot yang terlibat dalam menggerakkan articulator kita. Dan seperti otot lainnya dalam tubuh kita, otot articulator juga perlu dilatih agar bisa berfungsi maksimal, khususnya bagi public speaker, announcer, dan tentunya vocalists.
Dalam rutin saya ada beberapa pola yang digunakan. Salah satunya yang umum adalah dengan mengulang kalimat “tip, tip, tip, tip of the tounge” pola lainnya dengan “will you, will you, will you, will you william” untuk vokalis tentu dengan nada. Latihan lain adalah dengan “ma, me, mi, mo, mu, ka, ke, ki, ko, ku, sa, se, si, so, su, dst.” Beberapa latihan sederhana di atas akan melatih fleksibilitas articulator anda, dan membuatkan siap bekerja dengan maksimal sesuai kebutuhan anda.

>>>> ngapalint teks lagu

Saya termasuk golongan penyanyi yang cukup kesulitan dalam menghafal lirik lagu, terutama lagu cover (kalau lagu sendiri sih, hafal terus dong.) Dalam line of work sebagai penyanyi yang sering menyanyikan jazz standards dan cover lain dalam aransemen jazz, saya dituntut untuk tahu ratusan lagu. Sejak masih duduk di bangku kuliah musik, saya selalu bergantung kepada yang namanya realbook dan fakebook, terutama yang ada liriknya. Kebiasaan inilah yang akhirnya membuat saya “kecanduan” teks hingga sekarang.
Apakah ketergantungan terhadap kertas teks ini jelek?
Walau banyak orang memaklumi, namun saya pikir iya, memang kebiasaan yang kurang baik, apalagi jika performance di ruang konser. Seorang penyanyi yang sedang perform di atas panggung harus senantiasa connected dengan pendengarnya, salah satu jalan untuk mencapai hal ini adalah eye contact. Dengan mata yang selalu tertuju ke kertas teks, tentu sulit untuk menjaga hal ini dan mengurangi nilai dari performance kita.
Saya sadar betul ini merupakan hal yang jelek bagi performer, maka dari itu saya selalu wanti-wanti kepada murid-murid saya untuk selalu mencoba menghafal dan tidak berakhir menjadi seperti saya.
Saya pernah mendapat kritik dari beberapa orang, baik secara langsung maupun berupa sindiran tentang kebiasaan saya membaca teks dalam performance. Salah satu yang paling pedas datang dari seorang teman pianis, yang kebetulan menonton performance saya dengan Pitoelas Big Band beberapa waktu lalu. Dia bilang, “masa lagu autumn leaves kamu baca teks?” saya saat itu memang tidak sanggup melepaskan mata saya dari music stand, bukan karena tidak hafal liriknya, tetapi karena karena ini adalah aransemen big band maka saya harus tahu formnya, intro berapa bar, di mana segno, di mana unison, di mana coda, dsb. Saya mencoba menjelaskan permasalahannya dengan teman saya itu, tetapi dia tetap menganggap penampilan saya kurang enak dilihat. Saya cukup terpukul dengan kritikan tersebut, karena apa yang dia katakan memang benar, saya membayangkan jika saya duduk di kursi penonton dan melihat penyanyi di depan menyanyikan Autumn Leaves sambil baca teks. Saya berterima kasih pada teman saya itu, lalu merenungkan kritikan tsb.
Saya heran kenapa saya susah sekali menghafal, padahal dulu ibu saya Rosita Sanusi (alm) sering bercerita bagaimana beliau adalah seseorang yang sangat mudah menghafal. Kebetulan semasa hidupnya beliau adalah seorang aktris, dan beliau sering bercerita bagaimana beliau bisa menghafal satu buku skenario dalam waktu singkat.
Akhir-akhir ini, saya mulai menerapkan kembali disiplin menghafal dalam diri saya. Saya ingat, beberapa tahun lalu saya pernah terlibat dalam produksi teater bersama Jakarta Players, sebanyak dua judul dan 6 kali show. Selama produksi teater itu, saya bisa kok menghafal dialog dari A-Z, masa lirik lagu tidak bisa?
Saya cukup merasakan lho perbedaannya, setelah menaruh perhatian lebih dalam menghafal, walau masih harus menaruh music stand dengan lirik di panggung, tetapi sering kali teks hanya saya lirik beberapa kali tanpa harus membaca terus menerus. Saya optimis melihat perkembangan hingga saat ini saya bisa seperti ibu saya menghafal banyak teks dengan di luar kepala. Mohon dukungannya ya :D